• Lombok, Nusa Tenggara Barat

Catatan Harian Ust. Felix Siauw: Agar Supaya 100% Menang


Catatan Harian Ust. Felix Siauw: Agar Supaya 100% Menang

Teorinya kalau mau menyerang pihak lain, pakailah senjata yang paling kamu kuasai, dan seranglah kelemahan lawan, cara itu meski tak jantan tapi lumayan efektif

Kalau kamu tak punya kelebihan dan juga lawanmu tak punya kelemahan, tenang masih ada cara yang lainnya. Untuk pakai cara ini, kamu harus tak tahu malu

Begini caranya, fitnah lawanmu, blame the victim, tuduh mereka, opinikan kekuatan lawanmu jadi kelemahannya, ganti aturannya, tebal muka sedikit, kemenangan milikmu

Kalau tim lawan punya striker ngebut, dan wingermu payah, buat aturan tim lawan semua harus pakai sarung, gawang mereka harus diperlebar, suap wasit biar kasih kartu merah

Baca Juga:  Sukmawati: Bung Karno Tak Haruskan Anaknya Patuhi Islam

Yang penting menang, bodoh amat penonton mau bilang apa, tim-tim gue, lapangan punya gue, federasinya juga gue, bahkan lu tau, yang bikin sepakbola kan eyang gue

Penerapannya di zaman now bisa begini. Faktanya, Muslimlah yang mendominasi membebaskan Nusantara dari penjajahan, pelintir jadi “Yang berjuang bukan cuma Muslim”

Faktanya Islam mayoritas, harusnya wajar dipimpin oleh Muslim pula, dan begitulah hukumnya, pelintir sedikit jadi “Indonesia itu beragam, jangan memaksakan agama!” Voila, tiba-tiba kamu yang minoritas bisa memaksakan aturanmu dengan tuduhan dan fitnah. Atas nama toleransi yang meyoritas dibungkam dan yang minoritas menjajah

Baca Juga:  Catatan Harian Ust. Felix Siauw | Antara Hasad Atau Nasihat

Sementara nun jauh disana, Islam yang minoritas tak boleh bicara tentang toleransi, sebab demokrasi itu katanya selalu berpihak pada yang banyak, kalau sedikit tahu dirilah

Pokoknya yang harus toleransi itu yang Muslim, mau mayoritas atau minoritas. Pokoknya kalau kamu masih bela Muslim, kamu pasti radikal, intoleran, dan pasti teroris yang mau makar

Tapi penonton punya mata kok, makanya namanya penonton. Ada saatnya penonton akan muak, bosan, lalu kabur mencari tontonan lain yang lebih beradab dan berkah. Islam.