• Lombok, Nusa Tenggara Barat

Lengkap, Ini Kronologi Jasad ABK Asal Indonesia Di Kapal China Dilempar ke Laut


Lengkap, Ini Kronologi Jasad ABK Asal Indonesia Di Kapal China Dilempar ke Laut

Dikutip dari akun twitter @ustadchen begini kronologi pembuangan jenazah ABK asal Indonesia di Kapal cina yang dilempar ke laut tersebut.

Berita mengenai sebuah kapal dari China yang membuang jasad-jasad anak buah kapal berkewarganegaraan Indonesia ke laut, setelah mereka sakit karena dipaksa bekerja 18 jam setiap hari.

Video dimulai dengan penjelasan alasan kenapa MBC news menyebarkan berita ini:

MBC melaporkan berita ini karena ada crew kapal yang meminta tolong ke pemerintah Korea dan MBC SECARA LANGSUNG ketika kapalnya memasuki pelabuhan di Busan.

Sulit untuk mengusut tuntas walaupun bukti foto dan video telah diberikan (video dilampirkan di dalam beritanya. Terlihat crew-crew kapal mendorong bungkusan jenazah bewarna oranye ke laut). Namun sebelum berhasil diusut tuntas, kapalnya sudah pergi ke perairan internasional!

MBC memberi statement kalau mereka memerlukan bentuk kerja sama internasional untuk menginvestigasi kasus ini.

Video yang dilampirkan di dalam berita diinfokan terjadi pada 30 Maret 2020, ketika kapal masih berada di tengah samudra pasifik, mayat yang dibuang adalah anak buah kapal dari Indonesia yang berumur 24 tahun bernama Ari (/Haris?) yang sudah bekerja di kapal selama 1 tahun lebih. Crew kapal terlihat menyalakan dupa dan menyemprotkan air ke bungkusan jenazah, lalu bertanya ke crew lain “Siapa lagi yang mau bantu (dorong ke laut)?”

Baca Juga:  Mengungkap Tulisan 'SOS' di Pulau Laki Yang Sedang Heboh

“Ayo, ada nggak? Nggak ada?” dan perekam terdengar menjawab “tidak..”. Bungkusan jenazah pun diangkat dan dibuang ke laut yang kedalamannya belum diketahui.

Beberapa jasad anak buah kapal Indonesia lainnya yang dibuang ke laut adalah; (Alfa?) 19 tahun, dan (Jefri?) 24 tahun.

Menurut saksi mata (sesama anak buah kapal), terdapat eksploitasi tenaga kerja dan para pelaut yang meninggal sudah mengeluh sakit selama sebulan.

“Awalnya keram, terus tau-tau kakinya bengkak, dan dari kaki langsung nyerang ke badan, setelah nyerang ke badan langsung sesak.”

Para crew kapal lain meminum air putih dalam kemasan sedangkan crew kapal dari Indonesia meminum air laut murni sehingga kondisi kesehatan mereka cepat menurun.

Baca Juga:  Oknum TNI Tampar Petugas SPBU, Begini Kronologinya

“Crew asing memang tidak bisa minum air sama sekali. Pernah juga sampe ada dahak-dahak disini (megang tenggorokan)”

“Waktu kerjanya berdiri selama 30 jam dan setiap 6 jam ada jam makan, nah di jam makan ini kami manfaatkan untuk duduk”

Upah yang diterima setelah 13 bulan bekerja hanya sebesar $120 atau Rp 1.800.000.

Kapal ini juga melakukan aktifitas-aktifitas illegal seperti pengangkapan ikan hiu untuk diambil sirip-siripnya (sampai kapal dipenuhi bangkai ikan hiu) sehingga kapal ini tidak melakukan pendaratan dimana-mana untuk menghindari terkenanya masalah.

Lalu beberapa ABK pindah kapal untuk melakukan pendaratan di pelabuhan Busan. Ketika mereka menetap di pelabuhan Busan selama 10 hari, ada satu ABK yang sakit sehingga dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun tidak tertolong. ABK tersebut bernama Effendi Pasaribu.

Ketika itu lah akhirnya ABK lain memutuskan untuk melapor ke petugas (polisi?) laut di pelabuhan Busan dan akhirnya sampai ke pemerintah Korea untuk dilakukannya investigasi, dan ke MBC untuk memberitakan kasus ini.

Baca Juga:  Viral Pengendara Motor Angkut Jenazah Dibungkus Kain Jarik, Ini Faktanya

Salah satu dari ketiga ABK Indonesia yang jasadnya dibuang ke laut, yaitu Muhammad Alfatah, pernah diberitakan Januari lalu..

Dijelaskan alasan jasad dibuang ke laut: karena daratan masih jauh dan takut penyakitnya menular ke kru kapal lainnya.

Lalu setelah itu ada Ari dan Sefri, yang jasadnya juga dibuang di laut.. dan terakhir Effendi Pasaribu, yang meninggal di rumah sakit di Korea 27 April 2020. Hasil forensik Effendi memperlihatkan bahwa penyebab kematiannya adalah radang paru-paru (pneumonia).