• Lombok, Nusa Tenggara Barat
Catatan Ust. Felix Siauw: Gelar Setelah Kematian

Catatan Ust. Felix Siauw: Gelar Setelah Kematian

Kita tak bisa memilih lahir dimana, dalam kondisi seperti apa, dari keluarga yang mana. Tapi kita bisa memilih ingin diingat sebagai apa dan siapa saat kita mati

Seseorang akan dimatikan sesuai dengan kebiasaan hidupnya, itu peribahasa yang kita tahu. Artinya, apa yang paling sering kita lakukan dalam hidup, itu nilai mati kita

Bila sebagian besar hidup kita habiskan untuk mengajar, maka kita akan dikenal sebagai guru saat kita mati. Bila kita habiskan waktu untuk main, kita mati sebagai gamers

Maka perhatikan saja, apa yang paling sering kita lakukan semasa hidup? Apa yang paling sering kita ucapkan, atau yang kita perjuangkan hampir sebagian besar waktu?

Boleh jadi kita menganggap diri kita seorang seniman, hanya sehari-hari kita lebih banyak berdagang, maka jangan heran bila kita mati, kita lebih diingat sebagai pedagang

Seharusnya seorang pengemban dakwah disibukkan lebih banyak oleh menyeru manusia pada Islam, bila tidak belajar, bila tidak mengajar, segala tentang kebaikan



Ingin seperti apa kita diingat oleh orang lain saat kita sudah tidak lagi ada di dunia? Persiapkan dari sekarang, sibukkan diri kita disitu, hingga jelas diri kita bagi orang lain

Dan khawatirlah, bila anda mengaku Muslim, sementara lebih banyak menyebut dalil selain Islam, membelanya selain Islam, dan ridhanya juga pada selain Islam

Bila itu yang terjadi, setelah anda mati, maka wajar bila kelak ada orang bertanya-tanya, “ini orang Muslim atau bukan sih?”, sebab tak ada warna Islam pada diri anda

Pertanyaan itu lebih menyakitkan, bila datang dari anak-anak kita. Mari persiapkan diri, sebab label kita tergantung dari apa kesibukan kita, apa yang paling kita cinta