Pengamat: Dimata Jokowi, TGB Dan Yusril Tidak Ada Apa-apanya Dibandingkan Ahok
Ada pertanyaan besar soal bagi-bagi kursi setelah Pilpres 2019. Yusril Ihza Mahendra dan Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi telah mencurahkan energi bagi pemenangan Jokowi, namun mereka belum mendapatkan posisi apa pun sejauh ini.
Sebaliknya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dinilai nyaris “tak berkeringat” dalam pilpres kemarin, kini mendapat jatah jabatan komisaris utama Pertamina. Pengamat politik senior dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, memberikan pandangannya soal bagi-bagi kursi di lingkaran kekuasaan itu.
“Ukurannya bukan ‘berdarah-darah’ dalam pemilu, tapi faktor Jokowi. Apa sumbangan mereka kepada Jokowi,” ujar Arbi saat dihubungi di Jakarta, Jumat (29/11).
Menurut dia, Ahok secara konsisten membantu Jokowi sejak sama-sama memimpin DKI Jakarta. Ahok menjadi wakil gubernur 2012-2014, dan setelah itu masih menjalankan kebijakan lama ketika Jokowi sudah menjadi presiden.
“Misalnya politik kartel, artinya megaproyek DKI yang dibiayai beberapa pemborong. DKI enggak bayar apa-apa tapi dapat barang baru, Jembatan Simpang Susun Semanggi misalnya,” kata Arbi.
Sementara, Yusril dan TGB dianggap tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Ahok. Jokowi, kata Arbi, sepertinya tidak memperoleh bantuan besar dari dua tokoh politik yang pernah bersama-sama bernaung di bawah bendera Partai Bulan Bintang (PBB) itu. Arbi melihat, tipikal Jokowi adalah sosok yang mempertimbangkan utang budi sesuai yang didapatnya.
“Lebih besar sumbangsih Ahok kepada karier Jokowi,” ucap Arbi memberikan penilaiannya.
Dia juga menganalisis alasan lain yang membuat kedua sosok itu tak mendapat posisi apapun sampai sejauh ini. Di samping faktor Jokowi, ternyata Yusril dan TGB juga tidak dipandang strategis oleh pihak berkepentingan di lingkaran kekuasaan saat ini.
Arbi mengatakan, semua pihak sudah tahu siapa Yusril atau TGB. Bagaimana untung ruginya dan imbal jasa apa yang bakal mereka terima jika mendorong dua orang itu menerima kedudukan penting. Dalam hitungan politik transaksional, Arbi melihat belum ada kecocokan keduanya dengan orang-orang kepercayaan Jokowi.
“Makanya enggak ada yang mau dorong,” kata Arbi. [ins]