• Lombok, Nusa Tenggara Barat

Muslim Cyber Army: Kelompok Bersenjata Di Papua By: Kontra Intelijen Post

Kisah diawali dengan salaman anggauta Brimob Polda Jatim dan Sumatera Selatan dengan Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Rudolf pada acara pelepasan Pasukan BKO Brimob PAPUA – pasukan BKO (Bantuan Kendali Operasi) dari Brimob akan kembali kedaerahnya masing-masing yang bertugas sejak Agustus 2017 (Antara, Jum’at 29/9/17). Pasukan BKO Brimob silih berganti dari seluruh daerah Indonesia datang ke Papua.

Hingga datang berita anyar, sekitar 1300 warga disandera barangnya dirampas di desa Kimbely dan desa Banti wilayah Tambagapura oleh OPM, bersenjata lengkap. Direspon, oleh Jakarta melalui Menko Polhukam, bahwa itu bukan PENYANDERAAN tapi hanya ISOLASI, menyebutnya bukan makar atau pemberontak tetapi hanya ‘kriminal kelompok bersenjata. Jend. (puranawirawan) Wiranto menginginkan adanya ‘persuasif’, musyawarah di kedepankan. Tentu saja, membuat sebagian masyarakat pemerhati keamanan dan pertahanan Indonesia menjadi kecewa – karena dianggapnya Pemerintah tidak tegas dan AMBIGU.

Anggauta Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno Laksono lebih tegas, mengutuk keras penyanderaan tersebut (Kaltim pos).

Pertanyaan UMUM adalah, darimana “kelompok OPM” tersebut mendapat senjata dan amunisi yang tidak habis-habisnya ?

Kecurigaan pertama, tentunya ketetangga kita Australia, pasti ASIS (Australian Secret Intelligence Services) bermain. Tapi nyatanya tidak, selain wilayah Papua dijaga ketat oleh pasukan keamanan RI, berlapis, wartawan asingpun sangat dibatasi. Indikasi dari kajian ilmiah berbagai Universtas di Australia tidak ada indikasi ikut campur intelijen Australia didalamnya – bahkan laporan Asia Pasific News menyebutkan – kegiatan intelijen Indonesia makin tinggi di Australia membendung Gerakan Papua Merdeka di berbagai demo dan rapat-rapat komunitas di Aurstralia yang berhubungan dengan Papua Barat.

Baca Juga:  Siap-siap, Siang Nanti Pendaftaran Prakerja Gelombang 14 Dibuka

Australia juga berkepentingan – geopolitik – agar Indonesia relatif stabil, karena diharapkan Barat, RI bisa membendung China jika China masuk secara militer ke Asia Tenggara. Pasukan penyangga ada di Darwin dengan ribuan tentara Amerika aktif sejak beberapa tahun yang lalu. “Indonesian stability was and is a vital national interest for Australia” (SHM)

RI dan Australiapun, Oktober lalu sudah mengagendakan khusus mengenai Papua Barat di Bali, melibatkan Kemenlu dan Kementrian Pertahanan masing-masing negara (CNNIndonesia). Terakhir, Australia sering menyerukan HAM di Papua, Indonesia tidak suka masalah tersebut diungkit oleh Negara tetangga. Jakarta ingin agar Canberra tidak ikut campur masalah dalam negeri RI (parlemen Australia)..

Lalu dari mana persenjataan Kelompok separatis tersebut ?

Menarik, dari tahun ketahun banyak didapati selongsong peluru buatan PT PINDAD digunakan para pemberontak OPM.

Apakah PT PINDAD buka cabang pemasaran di Papua Barat ?

“Dari mana amunisi bisa masuk ke sana? Ada indikasi pasukan di-BKO-kan datang bawa peluru, pulang tak bawah apa-apa. Jadi ada istilah, datang bawa M16 pulang bawa Rp16 M,” kata Yorrys Raweyai(Anggauta DPR komisi 1 dari Golkar) seperti diberitakan Okezone, (6/2/2014)

Baca Juga:  Penuhi Panggilan Polisi, Ustadz Zulkifli Dilepas Haru Para Jemaah

Menurut dia, amunisi dijual oleh para aparat keamanan dengan harga Rp1.500 per butir. Dia juga yakin hal ini terjadi karena selongsong yang ditemukan dalam penyisiran tempat kontak senjata itu berasal dari PT Pindad kerap digunakan aparat keamanan.

“Amunisi terbatas, kenapa kontak senjata dari tahun ke tahun amunisi tidak pernah habis temuan selongsong buatan Pindad, dari mana itu barang?” tandasnya.

Pernyataan Lukas Enembe, Gubenur Papua, juga serupa, mengenai sumber persenjataan OPM. Pernyataan Enembe disampaikan usai pertemuan dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, terkait kondisi maraknya penembakan di Papua. Menurut Enembe, maraknya penembakan di Papua bagian dari ulah aparat yang datang ke Papua dengan menjual amunisi ke masyarakat local (Merdeka.com6/2/2014). Ia juga membantah bila ada pembelian senjata ilegal di Papua, karena keamanan di sana sangat ketat.

Namun tudingan anggauta DPR dan Gubernur Papua sulit di verifikasi.

Di antaranya, jenis mouser, M-16, Pistol FN-46, airsoft gun, senjata rakitan, AK-47, dan SS-1, bahkan ada senjata api jenis ARSENAL hasil rampasan tahun 2012 dari anggauta Brimob.

Baca Juga:  Ini Dia Ilmuwan Muslim Penemu Virus CORONA

OPM berkembang karena dibantu tokoh masyarakat lokal – oleh karena itu – bisa dipahami, strategi yang tepat adalah “memenangkan hati masyarakat lokal Papua Barat, rebut senjata dan tumpas habis OPM” kata Pangdam Cendrawasijh 2014 (antaranews)..

“Saya tahu dimana OPM (Organisasi Papua Merdeka) berada, dukungan persenjataannya pun saya tahu. Kalau saya mau, SEKALI TUMPAS SELESAI,” ucap Mayjen TNI Christian Zebua, 19 September 2014.

Itulah kalimat perpisahan Panglima Kodam (Pangdam) XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua dalam tatap muka dengan insan pers di Koridor Makodam XVII/Cenderawasih, Bukit Polimak IV, Kota Jayapura, Provinsi Papua. (Antara).

Barangkali itu yang harus dijelaskan oleh Menko Polhukam, Mendagri atau Kapolri kepada masyarakat, yang namanya PERSUASIF adalah menaklukkan hati tokoh-tokoh lokal Papua Barat, setelah itu OPM dipisahkan, dan di habisi.

Hanya saja, pertanyaan belum terjawab, mengapa terhadap kelompok lain tidak bisa persuasif – tetapi HANTAM dulu urusan belakangan walaupun baru diduga – sehingga kesan yang sampai di sebagian masyarakat – Jakarta adalah AMBIGU bagian dari “VUCA world”.

Papua Barat memang istimewa, selain memiliki Presiden Federasi sendiri juga ada Gerakan Papua Merdeka yang lengkap memiliki senjata.

Sumber: Kontra Intelijen Post Fans Fage