• Lombok, Nusa Tenggara Barat

Fenomena Antik Belanda Selama Pandemi Covid-19: Adzan Dikerasin, Poster Al-Qur’an, Program Islami Di Media TV


Fenomena Antik Belanda Selama Pandemi Covid-19: Adzan Dikerasin, Poster Al-Qur’an, Program Islami Di Media TV

“There is no atheist in the foxhole” begitu kata sebuah kutipan yang terkenal. Yang maksudnya ialah tidak ada orang yang tidak percaya Tuhan di kapal yang sedang dihempas badai, atau pesawat yang sebelah mesin jetnya mati, maupun mereka yang sedang berlindung di dalam foxhole (lubang persembunyian) di bawah desingan peluru dan ledakan meriam.

Dalam masa pandemik ini, sebagai seorang muslim saya mengamati fenomena yang menarik di Belanda, negeri yang superliberal dan cuek dalam urusan agama. Walaupun dikenal sebagai masyarakat kristiani, namun dari sensus-sensus terakhir lebih dari separuh warganya mengaku tidak berafiliasi dengan agama manapun.

Agak berbeda dengan Eropa selatan dengan katoliknya atau sebaliknya Perancis dengan sekulerismenya yang aktif (baca: represif), di sini urusan keyakinan betul-betul urusan masing-masing. Tidak sekental Itali atau Spanyol dalam urusan simbol agama, tetapi juga tidak seaktif Perancis dalam mensterilkan agama dari ruang publik. Belanda ini santai dan cuek saja, bisa dibilang begitu.

Fenomena yang menarik tersebut adalah maraknya (diizinkannya) simbol-simbol (baca: syiar) Islam diperkenalkan secara aktif di ruang publik. Pertama, masjid diperbolehkan mengeraskan suara adzannya. Sebelum Corona memang sudah ada masjid yang adzannya dikeraskan dalam 5 waktu seperti Masjid Agung (Ulu Cami) Utrecht dan Masjid Biru (Blauw Moskee) di Amsterdam. Nah saat ini lebih banyak lagi masjid di beberapa kota lain yang mengeraskan adzannya. Entah untuk sementara selama masa sulit ini berakhir atau (mudah-mudahan) seterusnya.

Baca Juga:  Video: Hasil SWAB Negatif, Anak Korban Menangis Histeris Jenazah Ibunya Dikubur Prosedur Covid-19

Kedua, kutipan ayat Quran di halte-halte bis di Amsterdam sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada para tenaga medis yang berada di garis depan perjuangan menghadapi ancaman bagi kemanusiaan ini. Saya masih belum tahu siapa yang memasang poster di tempat yang biasanya berisi para artis/ model dengan barang yang diendorsenya. Surat tersebut adalah kutipan Al Maidah 32 yang artinya “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”

Ketiga, malam ini baru saja dilaksanakan siaran langsung dari Masjid At Taqwa Amsterdam di NPO (TVRI-nya Belanda). Diperdengarkan sebagian surat Al Baqarah dan surat Ar Rahman beserta artinya, dilanjutkan dengan khutbah singkat dari seorang ulama dan ustadzah muda. Nampaknya ini pertama kalinya Al Quran diperdengarkan dalam siaran TV di sini.

Firman Allah swt dalam surat Ar Rahman “hal jazzaa ul ihsani illal ihsan” apakah balasan bagi kebaikan selain kebaikan pula. Tentu ini harus menjadi nilai yang dipegang oleh setiap muslim di mana pun bumi dipijak.

Baca Juga:  Kisah Sultan Murad Ketemu Mayat Seorang Wali yang Gemar Beli Miras dan Pelacur

Entah mana yang duluan yang mulai, tetapi yang pasti fenomena syiar belakangan ini tak lepas dari kebaikan yang berbalas kebaikan lagi. Salah satunya adalah penutupan masjid-masjid serentak bahkan sebelum pemerintah Belanda mengambil kebijakan resmi untuk melakukan social distancing. Dan tidak hanya itu, beberapa masjid sudah menyiapkan diri untuk dialihfungsikan sementara menjadi RS cadangan jika kapasitas RS yang ada sudah membludak.

Selain itu dari pengamatan seorang kawan, sektor kesehatan termasuk sektor di mana banyak umat Islam Belanda bekerja di sana. Mulai dari dokter, suster, laboran, apoteker, security, hingga cleaning service. Bahkan di UK, dari 5 org dokter yg gugur (syahid insya Allah) di medan Corona ini, semuanya muslim.

Memang pada akhirnya yang pertama dilihat bukan ayat Quran-nya atau haditsnya, tapi kelakuan orangnya. Contohnya, tak mungkin hadits riwayat Muslim ini

قوله صلى الله عليه وسلم : من احتكر فهو خاطئ

“Rasulullah SAW bersabda, orang yang menimbun barang maka ia berdosa.”

Baca Juga:  Lagi, Siswi Muslim di Ambon Dilarang Berjilbab: Sekolah Angkat Bicara

sampai ke orang lain jika kelakuan muslimnya pun ternyata gemar menimbun barang yang membuat susah orang lain.

Nampaknya tugas kita hanya “sesederhana” berbuat baik selayaknya bahwa semua manusia bersaudara, jika pun tidak bersaudara dalam keimanan (ukhuwah islamiyah) maka kita bersaudara sebagai sesama manusia (ukhuwah basyariah).

Di tengah informasi dan pesan tentang Islam yang saat ini sebetulnya mudah diakses oleh siapapun. Misi pertama kita ialah bagaimana agar diri kita tidak menjadi penghalang akan pesan itu sendiri. Kebaikan dan doa itu adalah fitrah, apalagi di masa-masa sulit seperti saat ini.

Seperti hashtag di halte bis dengan kutipan surat Al Maidah 32 yaitu #verhevenkarakter yaitu bahasa belanda dari akhlaqul karimah, maka inilah bahasa fitrah dan bahasa universal seluruh manusia.

Penulis: Rihan Handaulah

Thread Penulis terkait fenomena antik Belanda selama masa pendemi Covid-19: