Mengenal Sosok Pahlawan Nasional TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pendiri NWDI Dan NBDI
4 min read
Photo: Dok. Istimewa/Net |
LOMBOK GROUP NEWS | Pemerintah menetapkan Maulana Syekh Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pendiri organisasi Islam Nahdlatul Wathan di Lombok, Nusa Tenggara barat, sebagai pahlawan nasional pada Hari Pahlawan 2017.
Pengukuhan Zainuddin Abdul Madjid karena perjuangannya untuk agama dan negara. Hal itu diketahui dari nama organisasi yang dibuat olehnya, yaitu Nahdlatul Wathan yang berarti Kebangkitan Tanah Air.
Pengukuhan gelar pahlawan nasional bagi ulama legendaris asal Lombok itu sebagai bukti bahwa di Indonesia, urusan agama dan negara sebenarnya ada ikatan yang berkaitan satu dan lainnya. Bukan dipisah seperti perdebatan yang saat ini ramai diperbincangkan.
Berdasarkan informasi yang dirangkum, Maulana Syekh Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Madjid lahir di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada 17 Rabiul Awal 1316 Hijriah atau 5 Agustus 1898 Masehi. TGKH Zainuddin Abdul Madjid meninggal dunia di Pancor, Selong, Lombok Timur, pada 21 Oktober 1997, dalam usia 99 tahun.

Ulama karismatik ini sekaligus pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islam terbesar di NTB. Di Pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing, dan mengayomi umat Islam dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, atau di Jawa identik dengan kiai. Seperti Hamka, belia pun memiliki nama singkatan, yaitu Hamzanwadi (Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah).
Seperti dikutip dari laman resmi Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, nw.or.id, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ini adalah putra dari pasangan suami istri Tuan Guru Haji (TGH) Abdul Madjid dan Hajjah Halimtus Sa’diyah. Nama kecilnya adalah Muhammad Saggaf yang dilatarbelakangi suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati.
Tiga hari sebelum sang putra dilahirkan, TGH Abdul Madjid didatangi dua waliullah dari Hadramaut dan Magrabi. Kedua waliullah itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni Saqqaf.
Kedua waliullah itu berpesan kepada TGH Abdul Madjid supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama “Saqqaf”. Saqqaf artinya tukang memperbaiki atap. Kata “Saqqaf” diindonesiakan menjadi “Saggaf” dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi “Segep”. Itulah sebabnya, ia sering dipanggil dengan “Gep” oleh ibunda Hajah Halimatus Sa’diyah.
Setelah menunaikan ibadah haji, nama kecil tersebut diganti dengan Haji Muhammad Zainuddin. Nama ini pun diberikan oleh sang ayah yang diambil dari nama seorang ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram, kota suci Mekah. Akhlak dan kepribadian ulama besar itu sangat menarik hati sang ayah. Nama ulama besar itu Syekh Muhammad Zainuddin Serawak… Bersambung ke Halaman 2.